Wednesday, May 9, 2012

Segarnya Rujak Kolam Sri Deli Medan


"Rujaknya Dik.. Mari mampir," seru Murni, pedagang rujak kolam di Taman Kolam Sri Deli, menyeru pada pengendara sepeda motor yang melintas pelan.

Pengendara melengos melajukan kendaraan. Namun tak berapa lama, pengendara lain parkir di depan warung Rujak Gumarang, milik Murni.


Murni pun beringsut menaikki bangku di bawah stelling. Dengan cekatan perempuan 41 tahun itu mencampurkan cabai, garam, adonan kacang tanah dan gula merah.

Suaminya, Budi, memotong-motong buah segar. Aroma nanas, jambu air, timun, dan mangga meruap bercampur dengan legitnya gula merah yang meleleh. Budi pun menambahkan cita rasa kedondong, jambu klutuk, pepaya, dan bengkuang.

"Kalau selera, bisa ditambah pir atau belimbing," ujar Budi.


Sekejap potongan buah itu dicampur ke dalam adonan bumbu pekat berwarna cokelat di atas penggilingan batu yang kokoh. Adonan buah dan bumbu diletakkan di piring ditaburi taburan kacang yang digiling kasar.

Budi meletakkan sendok plastik dan menusukkan lidi di atas olahan buah yang dijualnya Rp 12 ribu per porsi itu.

"Satu yang paling khas dari Rujak Kolam ini adalah campuran pisang batu pada bumbunya. Pisang ini membuat bumbu menjadi lebih kental," ungkap pria yang sudah menjalankan usahanya selama 15 tahun ini.
Pisang batu bukan hanya membuat bumbu rujak menjadi kental, namun juga sarat manfaat bagi si pemakan rujak.

"Pisang batu ini obat sakit perut, cocok bagi penyuka rujak yang suka bermasalah dengan perut," ujar Budi.



Pisang batu, menurut Murni, kini banyak digunakan penjaja rujak lainnya. "Beberapa tukang rujak Aceh yang saya tahu juga sudah menggunakan pisang batu, adonan bumbu rujak memang jadi beda dengan campuran pisang ini," tandasnya.

Budi dan Murni adalah generasi kedua yang meneruskan roda usaha rujak Padang atau terkenal dengan rujak kolam di Taman Kolam Sri Deli. Keluarga Murni yang asli Padang adalah satu di antara keluarga pedagang Rujak Kolam. Ternyata, rujak di Padang pun tak seperti rujak kolam buatan Murni dan Budi.

"Rujak di sana tak pakai pisang batu, tapi pakai ubi rambat, rasanya pun tak seenak rujak di sini,"ujarnya.

Kunci kelezatan rujak kolam menurutnya ada pada campuran gula dan kacang tanah. Resep ini dikatakan Murni dimiliki oleh seluruh pedagang Rujak Kolam yang didominasi para pedagang yang saling terikat hubungan keluarga.

"Yang membedakan itu olahan tangan, tergantung siapa yang menggiling bumbunya, lain tangan lain rasanya," imbuh Murni.


Rujak Padang, dari manapun asalnya, sudah menjadi kebanggaan kuliner Medan. Tak sedikit yang menyukainya. Murni dan Budi punya pelanggan tersendiri.

Hal ini yang membuat mereka tidak merasa terganggu dengan keberadaan pedagang-pedagang yang masih baru. "Kami punya pelanggan masing-masing," ujar Murni.

Dan warung rujak berukuran sekitar 4 x 5 meter itu pun tak susut pendatang. Murni dan Budi bergantian melayani konsumennya. Setiap hari warung itu buka dari pukul 08.00 hingga pukul 00.00. "Jarang sunyi, pas hujan pun banyak yang cari," ujar Murni.

Enggan menyebutkan omzet, Murni hanya bertutur tentang kesibukkannya belanja stok buah. "Kadang mau juga dua kali belanja, sekali belanja 20 kg buah, paling banyak jambu air, karena jambu air itu yang paling dominan di rujak ini, bikin tampilannya makin cantik,"terangnya.(kalandaru)

No comments:

Post a Comment